Sabtu, 20 Juni 2015

STBM MENGUBAH PRILAKU UNTUK SEHAT

Oleh : Siprianus Pempot, M.Si

“Puluhan anak di Sikka terserang penyakit diare. Anak – anak balita mengalami dehidrasi, muntah dan meceret. Untuk mencegah penyakit diare menurut dr. Mario, harus menjaga kebersihan, dan rajin cuci tangan”. (Pos Kupang, 22 September 2014).
Serangan penyakit diare seperti yang dialami anak – anak balita di Sikka tidak menutup kemungkinan bisa terjadi juga di wilayah – wilayah lain di Nusa Tenggara Timur. Penyakit diare yang dialami  di Sikka sangat  memprihatinkan. Kejadian yang dialami oleh anak – anak balita di Sikka memiliki korelasi yang tepat dengan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Ternyata kejadiaan yang dialami tidak terlepas dari pola prilaku masyarakat yang kurang menjaga kebersihan, seperti yang dikatakan dr. Mario.
Tentunya kejadiaan ini kita tidak harapkan untuk terjadi lagi dan terus terjadi. Mata rantai penyakit yang mengakibatkan diare harus diputuskan agar anak – anak balita khususnya mengalami hidup layak dan sehat.
Kegiatan STBM yang Berbasis Masyarakat menjadi tawaran solusi dalam memerangi penyakit yang berbasis lingkungan karena menyangkut perubahan prilaku atau mental masyarakat yang mengabaikan hidup bersih dan bahkan membawa maut bagi lingkungan sekitar.
Siapa yang mengatasi agar lingkungan bersih, jauh dari penyakit DIARE? Menarik seperti yang dimuat dalam kolom pojok Pos Kupang 23 September 2014 terkait wabah penyakit malaria yang dialami masyarakat Labuana Bajo – Manggarai Barat yakni “Lebih baik mencegah dari pada mengobati”.
Penyakit diare di Sikka dan malaria di Labuan Bajo merupakan klasifikasi penyakit yang berbasis lingkungan. Dalam hubungannya dengan lingkungan sangat dekat dengan prilaku manusia yang kurang peduli dengan kebersihan, oleh karenanya factor prilaku menjadi penyakit utama dalam memerangi penyakit yang berbasis lingkungan, dimana prilaku itu Buang Aiar Besar Sembarangan, tidak Cuci Tangan Pakai Sabun, tidak Mengelola Air Minum dengan Aman, tidak Mengelola Sampah dengan Aman, dan Membuang air Limbah Sembarangan.
Merubah prilaku tidak semudah membalikan telapak tangan. Apalagi berhadapan dengan masyarakat dengan pola ketergantungan tinggi terhadap subsidi, sehingga bicara membangun mental sama dengan menabrak bangunan kekuatan yang telah mengkristal dalam diri individu. Padahal aspek mental dan kegiatan yang berbasis masyarakat sangat penting untuk didorong agar tumbuh rasa memiliki (sense of belonging) terhadap diri sendiri dan lingkungannya untuk menikmati hidup sehat.
Berhadapan dengan fakta dan realita semacam ini kegiatan STBM tertantang untuk terus berupaya membangun kesadaran masyarakat, karena ada keyakinan ketika mental atau prilaku baik maka masyarakatpun akan berbuat baik terhadap dirinya dan lingkungan.
Fakta prilaku tidak menjaga kebersihan sulit ditutup – tutupi, karena data telah menunjukkan bahwa menurut Riskesdes th. 2009 “Diare menjadi pembunuh nomor Satu – menyumbang 42% dari penyebab kematian Bayi usia 0 – 11 bulan”. Studi WHO th. 2007 juga menunjukan intervensi lingkungan dapat menurunkan penyakit diare sampai 94%, penyediaan air bersih menurunkan resiko 25%, Buang Air Besar di jamban menurunkan resiko 32%, pengeolahan air minum rumah tangga menurunkan resiko 39%, dan cuci tangan pakai sabun di air mengalir menurunkan resiko 45%. Data lain juga dari Susenas Th. 2009, 70% masyarakat menggunakan air tanah yang sebagian besar telah mengandung E.Coli. (sumber : Lokakarya Strategi Advokasi dan Public Campaign untuk perubahan prilaku STBM melalui Mass Media di Ngada, 10 – 12/9/2014).
Perubahan prilaku merupakan tuntutan mutlak, karena menyangkut diri kita sendiri dan orang lain dalam menjaga lingkungan untuk tetap bersih, jauh dari siklus penyebaran penyakit yang mematikan  “DIARE”. Dan penyakit yang berbasis lingkungan lainnya, malaria, ispa, dll.

Melihat data yang ditampilkan, dengan satu tujuan merubah prilaku masyarakat untuk Hidup Bersih dan Sehat, kiranya dapat berperan sesuai dengan kapasitas kita masing – masing dalam memerangi perubahan prilaku agar dapat memutus mata rantai penyakit Diare. Dengan cara membangun tim STBM tingkat Desa dan di dukung oleh Kebijakan Peraturan Daerah atau Peraturan Bupati di Tingkat Kabupaten dan Peraturan Desa (Perdes) di Tingkat Desa tentang STBM dalam mendorong perubahan prilaku masyarakat. Salam STBM ria – biarkan STBM terus menjadi isu yang seksi karena menyangkut nyawa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar